Selasa, 25 September 2007

Perkelaminan


Perkelaminan

SABTU (5/8/2006) malam, kantor Redaksi Tribun Jabar kedatangan tamu. Seorang pria berambut panjang dan berkacamata. Selintas tak ada yang istimewa dari laki-laki berusia 28 tahun tersebut. Namanya Moammar Emka. Begitu memperkenalkan diri, langsung terbayang buku best seller Jakarta Undercover I, yang kontroversial itu. Buku itu mengupas kehidupan seks di luar nikah yang dilakukan kalangan papan atas di metropolitan.
Emka ke Bandung untuk ‘memasarkan’ buku terbarunya, In The Bed with Models. Seperti Jakarta Under Cover I, isi In The Bed with Models tak jauh dari urusan seks. Lebih spesifik lagi, seks di kalangan para model, mulai dari yang berklas supermodel hingga model jdi-jadian. Menurut sang penulis, para model yang menjadi narasumbernya melakukan ‘job sampingan’ sebagai pemuas seks para pria berduit .
Terasa gayeng berdialog dengan Emka selama dua jam. Selama kami bicara di ruang rapat, beberapa kali ia terima SMS dan telepon. “Ini, Mas, ada undangan party di Bandung. Mau Ikut? Saya jadi penasaran, apakah party di Bandung seheboh di Jakarta,” ujarnya. Tak lama kemudian pria kelahiran Tuban, Jawa Timur, itu mendapat telepon. “Dari seorang eksekutif Bank BNI. Ia mengajak saya party. Jangan ditulis lho, Mas.” Katanya sambil tertawa lepas.
Penasaran membaca buku-buku Emka, saya tak melepas kesempatan itu untuk mengajukan barbagai pertanyaan ala presenter CNN Oprah Winfrey di Oprah Show yang sangat kondang itu. “Apa sampeyan mengalami sendiri peristiwa yang bikin bulu kaki merinding? Artinya apa sampeyan ikut di dalamnya,” tanya saya menggebu-gebu sambil membayangkan sex party yang ada dalam buku Jakarta Undercover I. “Lha iya tho Mas. Pekerjaan saya memang bergelut di dunia begituan. Isi buku saya itu sebenarnya menelanjangi saya sendiri, soalnya saya menjadi bagian dari mereka,” ujar alumnus Syarief Hidayatullah, IAIN Ciputat, Jakarta itu.
Wahhh…seru ya kalau bisa ikut dalam pesta begituan. Emka mengaku sudah qatam dengan semua tempat hiburan malam di Jakarta, termasuk lokasi-lokasi yang biasa dipakai untuk melakukan fantasi seksual. “Semua lokasi seperti itu di Jakarta punya empat orang saja. Konsepnya mengambil dari Thailand, Hongkong, dan Las Vegas. Kalau urusan begituan, Bandung kalah jauh dengan Jakarta Mas. Dengan Surabaya aja kalah kok,” kta Emka.
Buku-buku Emka laris bak kacang goreng, bahkan Jakarta Undercover I sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh sebuah penerbit di Singapura, untuk pasar Singapura, Thailand, Malaysia, dan Filipina. Dalam waktu dekat ia berencana meluncurkan Jakarta Undercover II dan Jakarta Senang-senang. Dalam buku Jakarta Senang-senang, Emka menampilkan alamat dan nomor kontak semua tempat hibuaran malam di Jakarta, ya semacam guide book. “Tapi saya tidak bermaksud mengajari orang untuk bermaksiat lho. Nama dan alamat tempat hiburan itu mau dipakai untuk apa, ya terserah yang membaca,” katanya enteng.
Iseng saya tanya, apa saja yang telah diperolehnya dari hasil menulis buku-buku tersebut. “Saya punya 30 ekor sapi, Mas. Serius ini! Sapi-sapi itu ada di kampung, Tuban, Jawa Timur. Selain itu bisa beli rumah yang layak dan mobil. Tak kalah penting saya juga punya modal untuk membiayai penulisan buku-buku selanjutnya. Hidup di dunia gaul itu mahal lho Mas,” terangnya.
Ada yang menarik di tengah obrolan dengan pria yang masih melajang itu. Sebelum diluncurkan ke pasar, isi, cara penyajian, hingga judul setiap bab dan cover memalui proses diskusi. Diskusi pertama dilakukan sebuah panel yang terdiri dari para pelajar SMA, mahasiswa, dan orang-orang yang akrab dengan dugem. Hasilnya dipertajam lagi di panel kedua beranggotakan kru dari penerbit dan orang lingkar dalam sekitar Emka. “Diskusinya seru… Ya itu dimaksudkan agar buku tersebut dapat diterima pasar,” katanya serius.
Ahhhh… ternyata buku semacam itu harus melalui proses quality control juga ya. Apalagi sebuah surat kabar harian yang konon merupakan karya intelektual di bidang jurnalistik. Perlu pendapat ‘orang luar’ untuk menilai sebuah karya. Tak perlu malu. Apalagi surat kabar kini bukan sekadar media informasi saja tetapi sudah menjadi entitas bisnis.Naif rasanya kalau terlalu pede (percaya diri) kepada quality control yang dilakukan intern sebuah surat kabar. Dalam situasi dilingkungi rutinitas, tak mustahil kepekaan kalangan internal menjadi tumpul.
Rupanya, Emka dan timnya sangat memahami teori kebutuhan ala Abraham Maslow. Menurut pakar sosiologi ekonomi tersebut, seks dengan segala fantasinya merupakan bagian terpenting dari kehidupan dasar manusia. Seks tidak dibatasi dimensi ruang, tempat, dan waktu. Seks mampu menembus dimensi. Pakar psikologi analisa, Sigmund Freud, bahkan menyebut seluruh aktivitas manusia digerakkan oleh apa yang disebut nafsu seks.
Tak heran kalau kemudian majalah pria dewasa yang mengadopsi induknya di Amerika Serikat (AS), Playboy Indonesia, menjadi pembicaraan hangat. Pokoknya seru abiss deh!!! Dicaci sekaligus bikin penasaran sehingga selalu ditunggu kehadirannya. Petinggi negara setingkat Wakil Presiden Jusuf Kalla, sampai ikut membverikan komentar terhadap kehadiran Play Boy Indonesia. Ya boleh dibilang seorang Wapres ikut nimbrung bicara terkait seks.
Saya kemudian berpikir, bagaimana ya caranya menampilkan berita dengan topik seks dan seksualitas di media cetak harian tapi tidak vulgar, tidak memancing kontroversi, dan kontraproduktif. Barangkali saya harus bergaul lebih akrab dan lebih dalam dengan orang semacam Moammar Emka. Dengan begitu saya sekaligus berkesempatan melihat dengan mata kepala sendiri dan merasakan bagaimana mendebarkannya berada di tengah perempuan cantik yang bergaya bak manusia purba, tanpa busana. Huahahahahahahaha… Tapi saya kan punya istri yang setia menunggu di rumah dan empat gadis kecil hasil perkawinan kami. Ahhh bingung euy!!!! (febby mahendra/medio Agustus 2006)

2 komentar:

BECHI mengatakan...

Emka saja bisa beli sapi, mobil, rumah dan lain-lain. Hebat... hebat... Itu semua berkat kecerdasan Emka yang terbangkitkan dan tercerahkan.
Buat sang penulis (Mas Febb) jangan hanya berkeinginan melulu... He..he..he.. Langsung action bagaimana mengemas berita-berita yang terkait dengan seks (wanita) masuk ke rubrik khusus...


Mas Bechi

BECHI mengatakan...

Emka saja bisa beli sapi, mobil, rumah dan lain-lain. Hebat... hebat... Itu semua berkat kecerdasan Emka yang terbangkitkan dan tercerahkan.
Buat sang penulis (Mas Febb) jangan hanya berkeinginan melulu... He..he..he.. Langsung action bagaimana mengemas berita-berita yang terkait dengan seks (wanita) masuk ke rubrik khusus...


Mas Bechi