Rabu, 03 Oktober 2007

PERASAAN SANG JURI


JADI juri memang gampang-gampang susah. Apalagi kalau peserta yang dinilai ada kawan sendiri. Kalau memenangkan dikira curang, kalau mengalahkan tak enak pada sang kawan.
Begitu saya alami ketika menjadi juri festival band se-Kepri pada 2006 lalu dan juri lomba penulisan kategori pelajar, mahasiswa/umum, dan wartawan, mengenai kelistrikan pada Oktober 2007.
Pada saat festival band, ada dua peserta yang para pemainnya personel Tribun Batam. Begitu pula dalam lomba penulisan, setidaknya ada tiga wartawan Tribun Batam yang ikut. Meski dalam lembar tulisan tidak tercantum nama, tapi saya tahu persis mana tulisan kawan-kawan Tribun dan wartawan media lainnya.
Dua grup band Tribun Batam dengan sangat terpaksa saya beri nilai jelek karena main tidak kompak dan vokalisnya menyanyi seperti orang kehabisan suara. Ampun deh, ikut malu rasanya melihat penampilan mereka. "Mas ini grup band dari Tribun ya," tanya juri lain di samping saya. Saya pura-pura tak mendegar pertanyaan itu untuk menutup malu.
Begitu pula ketika menilai tulisan seorang wartawan peserta lomba menulis. Ada tiga paragraf dalam tulisan itu yang mengadopsi mentah-mentah tulisan yang pernah saya buat. Dengan sangat terpaksa saya beri nilai tipis kepada sang penulis.
Juri penulisan tidak hanya saya tetapi juga Warief Djajanto Basorie (staf pengajar Lembaga Pers Dr Soetomo, Jakarta) dan Chandra Ibrahim (Pemimpin Redaksi Batam Pos). Begitu nilai terkumpul dan dijumlahkan, juara pertama diraih Indrawan, bekas Redaktur Tribun Batam yang hengkang ke Batam News (Jawa Pos Grup), juara II M Iqbal (Batam Pos), dan Juara III Trisno Aji Putra (Tribun Batam).
"Saya sebenarnya menjagokan tulisan Trisno Aji Putra. Dalam tulisannya dia mengupas kehidupan rakyat kecil di Bintan yang memenuhi kebutuhan listrik tanpa tergantung kepada PLN. Sosok ibu yang ada di tulisan itu kan memasang sendiri pembangkit listrik tenaga matahari," ujar Warief kepada saya usai mengumumkan hasil penjurian di Hotel Planet Holiday, Batam, Rabu (3/10).
Saya sendiri sebenarnya mau memberi nilai tinggi pada tulisan Aji --wartawan Tribun di Tanjungpinang (Bintan)-- tapi nggak enak hati karena isinya agak menyimpang sedikit dari tema. Orisinilitasnya tinggi, tulisannya mengalir, dan bisa memberi pencerahan kepada orang lain untuk tak dihinggapi ketegantungan pada pihak lain.
Sayang lokasi dan subyek tulisan berada di Bintan, sebuah kawasan yang berada di luar jangkauan pelayanan PT Pelayanan Listrik Basional (PLN) Batam. Andai saja Aji sedikit mengaitkan tulisannya dengan rencana pembangunan proyek interkoneksi Batam-Bintan, sangat mungkin dia jadi juara I.
Warief berniat memberi catatan terhadap para peserta lomba itu, terutama para wartawan. Mengapa? "Saya lihat kehidupan pers di Batam berbeda dengan daerah lain. Batam ini kan bukan ibukota provinsi, tapi ada banyak media massa cetak dan elektronik di sini. Di Jawa saja hanya sedikit kota yang bukan ibukota provinsi punya media massa beragam," ujarnya.
Memang, ibukota Provinsi Kepri bukan di Batam melainkan Tanjungpinang. Namun, di Tanjungpinang justru tidak ada media massa yang terbit di kota itu. Semua media massa di Kepri berkantor pusat dan diterbitkan di Batam.
Masih mending Provinsi Kaltim. Ibukota provinsi itu di Samarinda tapi orang lebih mengenal Kota Balikpapan. Hanya satu koran yang terbit di Samarinda, yaitu Samarinda Pos, sedangkan dua koran besar, Tribun Kaltim dan Kaltim Pos, terbit di Balikpapan.
Ya, Batam dan Balikpapan punya kesamaan. Sama-sama punya bandara internasional, kesamaan jumlah penduduk (sekitar 600 ribu-750 ribu jiwa), sama-sama jadi pusat bisnis di wilayah provinsi bersangkutan, dan sama-sama menjadi tempat tinggal orang asing. Samarinda hanya punya bandara kecil, begitu pula Tanjungpinang.
Bedanya, Balikpapan termasuk wilayah yang terkena krisis listrik, sedangkan Batam tidak lah yauww... Kalau tulisan Trisno Aji Putra dibaca warga Balikpapan, setidaknya dapat memberi inspirasi bagi warganya untuk mencari pasokan listrik alternatif, tidak hanya tergantung pada PLN. Bukan mustahil penjualan solar cell meningkat tajam... Listik memang sering jadi masalah, dan PLN selalu dibenci sekaligus dicari!!!!
==========================================================
FOTO: Warief Djajanto Basoerie (Ketua Dewan Juri) ketika mengumumkan para pemenang lomban penulisan, di Hotel Planet Holiday, Batam, Rabu (3/10). Hasil jepretan IMAN SURYANTO

3 komentar:

BINTORO mengatakan...

Tidak mudah memang menepikan unsur subyektifitas atas karya yang kita nilai. Tapi Mas Febby mampu melakukannya...

Salam kenal Mas Febby.

ZAMZAMI, SE mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
ZAMZAMI, SE mengatakan...

Sepengetahun saya yang secuil, Obyektifitas hanyalah gabungan dari berbagai subyektifitas yang terangkai pada sebuah nilai, kategori. Itu saja...

Salam mas. Pie kabare...? dari wartawan tribun pekanbaru di duri (Zamzami)